Kupikir itu pasti menjadi hal yang sangat membahagiakan untuk menjalani hidup sebagai seseorang selagi dibodohi hingga saat-saat terakhirnya.
Jika seseorang tetap bahagia dan berpikir hidup mereka bahagia tanpa pernah menyadari sisi gelapnya, semuanya akan berakhir dengan bahagia.
Akhir yang bahagia, seperti di dunia dongeng.
Karena orang yang telah mati tidak memiliki cara untuk mengetahui tentang bagaimana ceritanya akan berlanjut setelah itu.
Itu sebabnya –
… Namun.
Meskipun demikian, aku merasa senang bahwa aku dapat mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
Di dunia di mana permukaan tanah telah runtuh, aku masih hidup.
Ah, pada akhirnya, kukira aku juga tidak keberatan.
Itu hanyalah cerita semacam itu, sejak awal.
Apakah aku adalah manusia atau monster, apakah aku telah berubah atau tidak berubah –
Potongan hatiku yang hancur berteriak padaku untuk tetap melakukannya bagaimanapun caranya.
Kebahagiaan yang tidak pernah bisa aku dapatkan kembali, hal-hal irasional yang terjadi.
Kehormatanku yang telah dirampas dariku, kedalaman neraka yang merupakan tempat dimana aku telah dilemparkan ke dalamnya.
Meski begitu, aku masih memiliki waktu untuk mengganjar mereka yang tertawa terpingkal-pingkal.
Itulah mengapa aku masih akan tertawa di dunia dengan hati yang retak dan hancur yang hampir tidak dapat aku tahan; itulah mengapa aku meraih tangan itu.
… Bahkan jika ini adalah sebuah jalan sesat yang aku jalani.