Nidome no Yuusha Vol 2 Chapter 11




Chapter 11 - Nasib Anak Lelaki Tertentu

Keesokan harinya, seperti hari sebelumnya, aku memakan sarapan yang telah dimasak Minaris, setelah itu melakukan beberapa persiapan dan kami berdua meninggalkan penginapan.

Hari ini tidak perlu bangun pagi-pagi sekali, jadi aku bangun dari tempat tidur beberapa saat setelah matahari terbit, dan pada saat kami meninggalkan penginapan, kota sudah mulai ramai.

Di kota itu, di mana orang-orang dari seluruh wilayah kerajaan berkumpul, banyak toko yang dibuka ketika matahari telah naik ke langit, dan sekitar di tengah hari, banyak orang-orang melakukan beberapa urusan seperti  pedagang barang-barang curian, barang-barang yang tidak dikenal, pedagang pemula dan orang-orang  yang menjual barang bekas dengan harga yang murah.

Ini adalah dunia tanpa jam yang tepat seperti layaknya di Jepang, jadi tidak ada metode untuk mengetahui waktu selain jam biologis milikku dan seberapa tinggi matahari telah berada di langit, tapi saat melihat seluruh kota, aku menyadari bahwa itu cukup misterius tentang jam buka mereka yang tetap sama dari hari ke hari.

Yah, aku sendiri tidak punya jam dan hanya membuat beberapa tebakan, jadi aku juga tidak tahu dengan pasti.

Tempat pertemuan untuk kompetisi hari ini adalah di gerbang timur kota.

Tidak jauh jarak dari penginapan ke gerbang timur, tapi bahkan hanya untuk berjalan sejauh itu, kami harus berjalan melewati banyak kios yang ada. Ada banyak hal yang menarik minatku, tetapi hari ini, aku harus menyingkirkan semuanya sampai nanti.

Tanpa teralihkan, kami menuju ke tempat pertemuan yang telah disepakati.

“Hmm, kami bukanlah yang pertama datang,” kataku,

Sudah ada sesosok orang yang berada di gerbang timur saat kami mendekatinya.

Kami masih agak jauh, jadi sepertinya dia tidak memperhatikan kami, tapi aku bisa melihat bocah yang kemarin itu sedang berdiri di sana sendirian. Sepertinya dia sedang berbicara dengan tentara yang bekerja sebagai penjaga gerbang timur.

Ini adalah sebuah dunia di mana rambut berwarna cerah yang tampaknya cocok dengan isekai adalah hal yang normal, tapi mudah untuk melihat rambut emas anak itu yang terlihat sangat jelas di antara kerumunan orang.

“Apa kamu ingin kita menjadi yang pertama datang kesini?” Tanya Minnalis.

“Hmm? Tidak, tidak juga, Hanya saja aku merasa seperti kita datang  terlalu awal, dan aku tidak berpikir ada yang akan datang lebih awal dari kita. Antusiasmenya itu.., kau tahu … ”

Huh, kalau dipikir-pikir, aku bahkan tidak mengetahui namanya. Yah, aku mungkin tidak akan melihatnya setelah hari ini berlalu, jadi tidak masalah jika aku menganggapnya sebagai ‘bocah’ sampai kami berpisah.

“Yah, terserahlah, itu tidak masalah. Ayo pergi,” kataku.

“Ya, Goshujin-sama.”

Begitu kami telah menutup beberapa jarak, bocah itu memperhatikan kami dan mendekati kami dengan wajah yang terlihat agak lega.

“Selamat pagi, bukankah kalian sedikit terlambat? Kupikir aku salah tempat,” katanya.

“Terlambat? Tidak, aku percaya kalau kami telah tiba cukup awal,” kata Minaris.

Dia benar. Dibandingkan dengan waktu dimana kebanyakan para petualang mulai pergi berburu, sekarang bisa dianggap sedikit lebih awal. Bahkan, kami belum memutuskan waktunya selain dengan ‘sebelum tengah hari’, jadi tidak ada yang namanya terlalu awal atau terlambat.

“Apa yang kau katakan, ini jauh lebih terlambat dari yang kemarin, bukan? Dan jangan berbicara denganku begitu akrab ketika kau hanyalah seorang budak. Dan menilai dari penampilanmu, kau juga adalah seorang beast. Jangan terlalu dekat denganku; bau binatangmu akan menempel ke bajuku.”

Kata-kata yang bernada marah ini keluar dengan lancar dari mulut bocah itu.

Dia cemberut pada Minaris; dia telah memisahkan dunia ke dalam beberapa tingkatan sebagaimana yang dia lihat cocok dengannya dan memandangnya dengan rasa hina.

Mata yang tak terhitung jumlahnya yang tertuju padaku setelah mereka memutuskan bahwa aku adalah musuh dari dunia.

Mata para penduduk desa yang memandang Minaris dengan jijik karena dia adalah seorang beast-people.

Perasaan tidak menyenangkan yang terasa sama persis di dalam dadaku, mata semacam ini yang bisa kau temukan di mana saja.

Pada saat itu, bocah ini sudah dikonfirmasi sebagai sampah, tapi yang menakutkan adalah dia tidak berhenti sampai di situ.

“Itu benar, yang lebih penting lagi, aku sedang membicarakan hari ini. Kenapa kemarin kalian kembali lebih awal? Karena itu, kita tidak bisa melatih koordinasi kita!” Katanya.

“Ha?” Kataku.

Apa yang dia katakan secara tiba-tiba? Aku tidak mengerti.

“Melatih koordinasi kita. Kita tidak bisa bekerja sebagai sebuah party tanpa mengetahui kemampuan masing-masing, ”

kata bocah laki-laki itu, sambil memakai ekspresi seolah mengatakan, “Astaga.”

Hal pertama yang tidak aku mengerti adalah mengapa kami harus bekerja sama sebagai sebuah party. Apa yang orang ini pikirkan? Bagian di dalam kepalanya bahkan lebih dari buruk daripada yang kupikirkan.

Aku begitu tercengang dan tetap diam, dan bocah itu terus berbicara, sepertinya telah terjadi semacam kesalahpahaman.

“Yah, tidak apa-apa jika kau bisa bertahan sebanyak yang kau bisa untuk menarik perhatian musuh; selama kau menahannya agar tidak sampai kepadaku, aku akan menghabisinya untukmu dengan menggunakan sihirku. Ah, kau, jangan pergi terlalu jauh, oke? Aku tidak begitu baik dalam menyesuaikan kekuatan mantra milikku, dan tidak seperti budak, aku merasa menyesal jika kau terjebak di dalamnya. ”

… Jadi, apa yang dia katakan barusan? Bahwa dia ingin menggunakan kami sebagai perisai daging? Orang ini …

Tidak hanya itu, tapi dia ingin kami tetap pergi dan bertindak sebagai umpan, dan di atas semua itu, dia akan menggunakan mantra miliknya tanpa merasa peduli jika Minaris terjebak di dalamnya?

… Aku berpikir bahwa pendapatku terhadap bocah itu telah mencapai titik terendah, tapi kemudian titik itu semakin menurun lagi.

Itu sedikit mengejutkan; Aku tidak menduga bahwa aku akan menganggap anak ini serendah itu, yang sebelumnya sama sekali tidak kupedulikan.

“…”

Ekspresinya yang sebelumnya telah menghilang dari wajah Minaris.

Kemungkinan dia telah mengaktifkan skillnya karena dia tidak dapat lebih lama lagi mengendalikan ekspresi di wajahnya; kadang-kadang itu terasa seperti dia terlalu bergantung pada skill ini. Mungkin akan lebih baik kalau aku memperingatkannya nanti.

Tetap saja, ah, mungkin aku seharusnya menanyakan nama dari bocah itu … Tidak, mungkin tidak ada alasan untuk mengetahui namanya; itu akan segera menjadi sebuah informasi yang tidak berarti.

“Tidak apa-apa untuk membunuhnya,” aku berbisik kepada Minaris.

“Apa kau baik-baik saja dengan itu?” Dia balas berbisik padaku.

“Ya, gunakanlah racun sehingga dia tidak dapat diidentifikasi, dan pastikan untuk mempertimbangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dapat bereaksi, ya? Sepertinya kita tidak akan punya banyak waktu untuk menikmatinya, jadi jangan lupakan itu. ”

Sikap bocah itu dapat digambarkan sebagai hal yang biasa bagi para bangsawan. Dia mungkin belum pernah meninggalkan rumah, dan itu bukan seperti aku tidak bisa memahami sikapnya yang memandang rendah  para budak dan beast-people, tapi hal itu tidaklah penting.

Aku sudah cukup memikirkan apa yang benar dan apa yang salah selama hidupku yang pertama di dunia ini. Moral dan keadaan orang lain, aku sudah tidak peduli dengan hal itu. Yang terpenting adalah apa yang aku pikirkan.

Dan bocah ini telah menunjukkan rasa permusuhan dan penghinaan terhadap rekanku. Bahkan jika dia tidak melakukan hal itu, dia mengatakan bahwa dia akan melukai Minaris, meskipun tahu bahwa dia adalah budakku.

Tidak ada alasan sama sekali untuk menahan diri untuk seorang bocah semacam ini. Jadi, Minaris harus menjadi orang yang melakukannya jika dia mau. Jika dia bermaksud menenggelamkan dirinya dalam lautan darah, aku akan menghentikannya, tapi jika dia bertindak secara rasional, maka tidak perlu bagiku  untuk menahan niat membunuhnya.

“Aku tidak keberatan jika kau yang melakukannya seorang diri. Yang paling penting, itu tidak akan baik untuk kesehatan mentalku jika aku meninggalkannya sendirian dengan rekanku yang berharga dan kau mulai melakukan hal yang bodoh,” aku berbisik.

“Te-terima kasih, Goshujin-sama.”

Saat Minaris pura-pura takut pada kata-kata kasar bocah itu dan sedikit menutupi wajahnya, aku dengan jelas melihat bibirnya tersenyum. Dia tidak bisa menyembunyikan emosi yang melampaui batas kemampuan Audacity miliknya.

… Minaris tampak sangat gembira karena telah diberi izin untuk melakukan hal ini.

Dia secara bertahap melumuri mana miliknya dengan niat membunuhnya.

“… Jadi begitulah. Apa kalian mengerti tentang betapa menakjubkannya aku?” Kata bocah itu.

“Ya, itu luar biasa,” kata Minaris.

Bocah itu telah menikmati dirinya sendiri, dan terus asyik berbicara tentang mantera yang bisa dia lontarkan sementara Minaris sedang mempersiapkan mantra miliknya sendiri.

Tiba-tiba aku sepenuhnya kehilangan minatku, jadi kata-katanya masuk ke telinga yang satu dan keluar dari telinga yang lainnya dan aku hanya menjawab, “Ya,” dan, “Itu luar biasa.”

Minaris dan aku saling berbisik ketika hal itu sedang berlangsung, tapi karena saat ini Minaris perlu berfokus pada mantranya, jadi aku membiarkannya untuk melanjutkannya.

“Bukan begitu? Tapi keagunganku tidak berakhir di sana. Suatu hari, tidak akan ada satu orang pun di kerajaan ini, tidak, di negara mana pun, orang yang tidak tahu tentang namaku – ”

“… Ice Particle Needle Poison,” bisik Minaris, dan mantranya selesai.

Senjata mematikannya, yang dipenuhi dengan niat membunuh, berlarian di udara tanpa ada yang memperhatikannya kecuali kami berdua.

“Hmm, apa ini? Serangga?” Kata bocah itu, mulutnya yang berbicara secepat kilat akhirnya berhenti.

Dia meletakkan tangannya di lehernya, tetapi tidak ada bekas luka di sana. Tidak, secara akurat, ada luka, tapi itu sangat kecil, seakan seekor serangga telah menyengatnya.

Ice Particle Needle Poison.

Itu adalah mantra asli untuk mencampur racun yang diciptakan Minaris, dan seperti namanya, itu membekukan racun dan mengubahnya menjadi sebuah jarum kecil.

Sebuah mantra yang menambahkan racun yang diciptakan oleh Poison Demon of Phantom Flames ke dalam es yang diciptakan oleh mantra komposisi elemen air dan kegelapan, dimana itu memiliki afinitas yang baik pada Minaris.

Aku tiba-tiba memikirkannya saat berbicara dengan Minaris  selama perjalanan kami dari ibu kota kerajaan, dan bersama-sama, kami menemukan waktu yang tepat untuk mengembangkan mantra ini. Sulit untuk mengontrolnya, tetapi jumlah mana yang digunakan untuk itu relatif kecil; Racun itu sulit untuk dideteksi baik secara visual maupun oleh mananya.

Setelah jarum kecil berbentuk es menembus target, mereka akan segera melebur menjadi racun dan berkeliling ke seluruh tubuhnya. Namun, karena jarum es itu sendiri tidak terlalu keras dan tidak memiliki banyak kekuatan, bahkan armor kulit berkualitas rendah akan dapat menangkal mereka. Digabungkan dengan kemampuan khusus dari para beast-people yang memungkinkan mereka untuk menguraikan mana membuatnya menjadi lebih mudah diatasi, situasi dimana mantra ini dapat digunakan sangatlah terbatas, sehingga mantra ini tidak menjadi sebuah mantra serbaguna seperti yang kita duga.

Namun, keuntungan yang didapatkan untuk hal ini adalah itu bisa meracuni target tanpa ada yang memperhatikannya.

“Oh, lihat ini, bukankah hari ini kita berkumpul lebih awal?” Kata Barkas ketika dia dan partynya muncul dengan waktu yang sempurna.

“Kukuku, apa itu karena kau merasa seperti kau tidak bisa membuat senpaimu menunggu? Kau benar-benar menyadarinya, bukan?. Untuk hal ini, aku bisa memaafkanmu jika kau menggosokkan dahimu ke tanah dan meminta maaf padaku secara menyedihkan, kau tahu?” Katanya sambil tersenyum lebar.

Itu adalah provokasi yang terlihat sangat jelas.

Saat melihat matanya yang diselimuti oleh keserakahan pada tongkat sihir milik bocah itu  dan pada Minaris, mudah untuk melihat bahwa Barkas tidak berniat untuk memaafkan bocah itu.

Namun, bocah itu tidak memperhatikan hal ini dan tertarik oleh provokasi sederhana ini,  dan dia memarahi Barkas.

“Apa katamu?! Siapa yang akan melakukan tindakan yang tidak tahu malu semacam itu ?!” teriaknya.

“Aku mengerti. Maka kita harus memulainya,” kata Barkas secara acuh tak acuh, dengan ringan mengangkat bahunya.

“Ya, aku pasti akan membuat kalian menangis!”

“Cobalah jika kau berani, tapi yang terpenting adalah jangan sampai dikepung dan dibunuh oleh Goblin. Petualang yang baru mendaftar bertindak dengan berani dan kemudian terbunuh oleh Goblin atau sesuatu semacam itu adalah hal yang cukup umum. ”

“Hah, siapa yang akan dibunuh oleh Goblin?”

“Tidak, kau tidak akan pernah tahu, bukan? Dalam urusan ini, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Kau bisa mati kapan saja,” kata Barkas sambil menekan tawanya

Kami menunjukkan plat milik kami, bukti bahwa kami adalah seorang petualang pada penjaga gerbang dan melewati gerbang timur. Kami akan datang ke kota dari selatan, yang dikelilingi oleh hutan dengan satu-satunya tempat terbuka yang berada di sekitar gerbang, tapi berbeda dengan itu, ada dataran dengan pemandangan yang dapat terlihat jelas, tepat di luar gerbang timur.

Di timur laut, aku bisa melihat gunung-gunung kecil yang jaraknya cukup jauh, dan hutan yang tersebar dari kaki gunung-gunung itu, seolah hutan itu mencoba meringkuk ke arah mereka. Datarannya sangat lebar sehingga butuh waktu tiga hari untuk sampai ke gunung jika kami berjalan dalam satu garis lurus.

Aku, Minaris, bocah itu dan Barkas melakukan perjalanan ke hutan itu tanpa banyak percakapan yang terjadi.

“Kalau begitu, kompetisi akan berlangsung hingga matahari terbenam. Kembalilah ke Guild sebelum waktu itu, buat laporan kalian, lalu tunggulah di sana. Jika kalian tidak kembali ke Guild sebelum matahari terbenam maka kalian gagal,” kata Barkas.

“Ya aku tahu itu. Ayo, ayo pergi! Jika kalian mengikutiku, kita tidak akan kalah, AHAHAHA! ”

Oh, sepertinya racunnya sudah sedikit beredar, pikirku.

Racun yang digunakan Minaris semakin memperkuat diri dengan mengkonsumsi mana milik target, sehingga hal itu akan menyebabkan target untuk memasuki keadaan mabuk MP sebelum melepaskan efek langsungnya. Kukira sekitar satu atau dua jam lagi sampai dia tidak bisa bergerak.

Bocah itu memasuki hutan dengan penuh semangat, lalu Minaris dan aku mulai berjalan di belakangnya. Kami berencana untuk memisahkan diri dari bocah itu lalu membuntuti Barkas dan teman-temannya, tapi pada akhirnya, itu akan menjadi terlalu merepotkan dan semua orang akan membuat terlalu banyak kebisingan jika kami mengatakan bahwa kami akan pergi dengan cara kami sendiri, jadi untuk saat ini kami patuh untuk mengikutinya. Kami hanya bisa melemparkan ilusi ringan dan menjauhkan diri darinya begitu kami berada di dalam hutan; Lagi pula, dia akan segera mati.

Sekilas, aku diam-diam melirik pada trio Barkas yang memasuki hutan dari arah yang berbeda.

Tatapan mereka masih diarahkan pada kami, begitu banyak keserakahan di mata mereka yang tampak seolah-olah mereka akan mulai menjilat bibir mereka.


Kemudian, sebuah mayat ditemukan oleh seorang petualang, mayat itu begitu membusuk sehingga mustahil untuk mengetahui identitas mayat itu. Segalanya, dari armor kulit hingga daerah di sekitar tanah yang bersentuhan dengan tubuhnya, telah membusuk menjadi bubur dan mengeluarkan bau busuk.

Satu-satunya yang dapat mempertahankan bentuknya adalah tongkat kayu yang berada di tangan sang mayat yang tampaknya merupakan sebuah tongkat sihir, tapi kualitas tongkat itu telah memburuk sehingga tongkat itu akan hancur jika disentuh; mustahil untuk menentukan tongkat sihir macam apa itu.

Meskipun sebuah permintaan telah diajukan di kota Ermia untuk menyelidiki apakah ini adalah ulah dari  sejenis monster yang baru, tapi tidak ada mayat serupa yang muncul sesudahnya, dan tak lama kemudian, orang-orang mulai melupakannya.